Samarinda ku Doeloe & Sekarang

Samarinda sepanjang masa,

Tempoe Doeloe :

Samarinda kota dimana aku lahir, masa kanak kanak hingga masa remaja kutumpahkan goresan perjalanan hidupku disana.

Sebuah kota yang damai, bersahabat serta suasana aktifitas warganya yang mengalir bersama arus sungai mahakam yang tenang.

Era Delapanpuluhan ketika masa kanak kanak dan remajaku ku uraikan di kota ini, suasana Samarinda masih sangat feminim seperti gadis desa cantik yang lugu dengan kebaya dan tudung kepala berjalan berlenggang ke ladang. Derap kehidupan warganya masih sangat alami. Walau lambat tapi pasti kehidupan mengalir sejak mentari terbit di balik gunung steleng hingga kembali ditelan alam di ujung mahakam sana.

Ketika sore hari, dibawah sinar jingga matahari yang beranjak pulang, masih banyak ketinting ketinting (perahu sampan bermesin) berlalu lalang melintasi sungai mahakam menghantar para penumpang yang akan ke Samarinda kota, maupun yang akan ke Samarinda seberang. Ada siswa siswa sekolah dengan seragam khasnya, ada bapak bapak memakai seragam pegawai negeri nya sambil menenteng sepeda ontel nya, atau ibu ibu yang membawa barang dagangannya dari pasar pagi.

Biasanya aku mengisi waktu sore dengan berkeliling menelusuri pinggiran sungai mahakam di sepanjang jalan Gajah mada sampai Selamat riyadi bersama seorang teman. Ada saja teman teman lain yang menyapa dan mengajak gabung sambil nongkrong di tepian (kami menyebutnya begitu) suatu tempat bersantai yang tempatnya persis di depan kantor gubernur
(salah satu bangunan termegah dan kebanggaan warga kota saat itu). Kami bersenda gurau sambil menikmati singkong goreng hingga beduk magrib berbunyi. Satu hal yang kini tak pernah bisa kunikmati lagi adalah sapaan ramah dan lambaian tangan teman teman yang kukenal. Saat itu penduduk Samarinda tidaklah seramai sekarang, sehingga rasanya hampir separo kota aku mengenal anak anak mudanya. Jadi tidak lah aneh dimana saja aku berkendaraan dengan vespa biruku selalu saja bertemu teman yang kukenal.

Jumlah SMA negeri saat itu hanyalah sampai angka 4 . STM negeri satu sekolah plus beberapa SMA swasta (mungkin tidak lebih dari 5). Sehingga dapat terbayang populasi warga Samarinda yang masih kecil sehingga masih dengan mudah menentukan karakter budayanya. Beberapa tukang penjual nasi kuning (sarapan khas samarinda), toko sepatu dan tas, toko sepeda, tukang robek karcis bioskop, masih dengan mudah kami kenal dan hapal namanya.

Secara perlahan terseret atau diseret sang waktu, kota samarinda menjadi tak mampu menolak perubahan.Sejak kutinggal ke pulau seberang untuk menuntut ilmu, hingga aku kembali di era pertengahan sembilanpuluhan banyak sekali yang berubah dengan kota ini.

Samarinda saat ini :

Hingga awal tahun 2008 kota Samarinda telah dihuni oleh sekitar 580.000 jiwa dengan luas wilayah 71.800 ha. Sehingga kalau dikalkulasi, setiap jiwa penduduknya berhak atas luas tanah seluas 1238 meter persegi. Hmm.., masih tersisa banyak space sebenarnya. Apalagi kalau kita bandingkan dengan luasnya pulau Borneo, Samarinda hanyalah sebuah kota yang sangat kecil.Namun Walau begitu, Samarinda dipercayakan menjadi ibu kota propinsi.

Pintu gerbang kota Samarinda berawal ketika kita memasuki Jembatan Mahakam dengan panjang kurang lebih 800 meter. Saya sebut pintu gerbang, karena apabila perjalanan dari kota Balikpapan, maka tak bisa ditawar jembatan mahakam adalah satu satunya cara untuk menyeberang ke Samarinda kota.

Ketika tulisan ini diabadikan, hanya Jembatan inilah masih satu satunya sarana untuk menyebrangkan alat transportasi.

Resmi digunakan mulai tahun 1986 hingga 22 tahun kemudian belum ada alternatif lain untuk menyebrang.Yah..memang kenyataan yang memilukan apabila mengingat dongeng yang sering digambar gemborkan kalau Kal Tim merupakan salah satu dari 3 propinsi terkaya di negeri ini. Sementara setiap hari pada jam jam tertentu kendaraan yang antri untuk menyeberang di Jembatan satu satunya ini membutuhkan lebih dari setengah jam untuk melintasi jarak yang hanya 800 meter itu.

Memasuki kota Samarinda, kita akan melalui Jalan Selamet Riyadi sepanjang kurang lebih Tiga kilometer. Sebuah jalan yang dibangun dengan Dua jalur yang berbeda. Disisi kiri berjejer rumah rumah penduduk yang belum bisa dikatakan teratur.

Apabila dipagi hari banyak terdapat warung warung kecil yang berjualan nasi kuning dan makanan makanan khas sarapan pagi samarinda. Sementara di sisi kanan, pemandangan sungai mahakan masih dapat kita nikmati, karena sejak tahun 90 an sisi pinggir sungai jalan Selamet Riyadi ini sudah dibersihkan dari bangunan bangunan rumah penduduk. Walaupun hingga lebih dari 10 tahun kemudian konsep pembangunan taman kota yang diinginkan tak pernah mampu diselesaikan. Sehingga
kesan taman yang diinginkan masih sebatas tanah tanah lapang dengan tempat tempat duduk. Bayangan taman yang asri bersih dan nyaman untuk santai masih jauh dari harapan.

Dipertengahan ruas jalan Selamet riyadi saat ini sedang dibangun kompleks Islamic Center. Diatas tanah seluas kurang lebih 10 hektar bangunan megah itu didirikan. Rencananya disana akan dijadikan pusat kegiatan islami dengan mesjid sebagai pusat bangunan.

Di Samarinda kini terdapat Tiga Mall (Shoping center) yang bisa dikatakan cukup memadai. Ada Mall Lembuswana diutara kota, lalu Mall Mesra Indah di barat kota, dan Mall Samarinda Plaza di pusat kota. Saat ini masih sedang dalam pembangunan sebuah Plaza lagi yang masih tergolong di pusat kota.

Kalau mengharapkan tempat rekreasi yang berupa alam, kupikir Samarinda belum menyajikan hal tersebut.Padahal kalau mengingat letak geografisnya di pinggiran sungai mahakam yang luas sungai nya dapat mencapai seribu meter itu, sangatlah potensial untuk dapat dibentuk kota rekreasi yang menyenangkan.Seandainya saja moral para pemimpinnya sudah dapat dibenahi, sehingga seluruh potensi dana dimaksimalkan untuk pembangunan kota.., ah..kupikir Sydney pun akan terlewati.

Sampai disini terus terang aku kehabisan ide untuk menggambarkan kota Samarinda saat ini, karna ketika aku berupaya untuk memotret sisi eksotis dari kota ini selalu saja yang muncul adalah bayangan kios kios liar pedagang kaki Lima yang berjejer dipinggiran jalan. Apalagi ketika musim buah tiba, hmm…jalanan jadi macet oleh parkir liar para peminat buah.

Okay, untuk mengisi kebuntuan ide aku akan menyatir puisi tentang Mahakam , yang ditulis oleh seorang kawan bernama Y.Wibisono yang biasa kusapa dengan panggilan “Gus Wib”, maupun puisi yang kutulis sendiri dengan inisial : muttaqin asykari.

Berikut beberapa puisi nya :

DI SINI, SURGA ITU BERNAMA MAHAKAM
Oleh: Y. Wibisono

ombak pecah beriak
bermain lemparan
wajah rembulan
terayun dipantul
bagai kanak berebut

perahu kecil bermain meniti buih
berpacu ketinting riang menderak malam
kapal pedagang tak tergoyah ombak
bersenandung hening penjelajah sungai
ponton batubara merayap
serupa bukit berjalan

lampu-lampu terhampar
bagai kunang-kunang menggoda malam
bagai kerling si jelita
berkerlip di atmosfir beraroma jingga
menyuguhiku secawan anggur
mengagumkanku, bagai tak putus
mengecilkanku, bagai debu di tiang dermaga

rohku menggelepar
dalam dahaga tak terpuasi
kuhirup angin gunung, kuhirup angin sungai
kuhirup angin rawa, kuhirup angin danau
menggelembung dalam paruku
membawaku melayang dan kutelanjangi
keindahan berkelok
di temaram lampu jalan
di sini, surga itu bernama mahakam!

Samarinda, 8 Januari 2004

KENANGAN MAHAKAM
: muttaqin asykari

walau luruh benih cinta tergilas usia
namun mahakam tetap bersaksi

ditali tali sampan perahu itu
masih terikat kuat sepenggal kisah

*ketika mahakam tak banyak berubah,
masih banyak ketinting yang setia mencumbu*

— samarinda, penghujung agustus 2006 —

DI DELTA MAHAKAM
: muttaqin asykari

tentang hujan yang membasahi senja
ada pelangi yang meringkuk di ufuk
aroma basah itu
hmm..jantungku bergetar

*April 2007
di delta mahakam, muara laut jawa.

Demikian hasil potret yang kucoba goreskan tentang kota Samarinda & sungai Mahakam nya. Semoga bagi anda yang

belum berkesempatan mampir ke kota ini, suatu saat akan mampir dan bercengkerama dengan sungai Mahakam.

SEKIAN

4 Responses to Samarinda ku Doeloe & Sekarang

  1. timpakul berkata:

    samarinda… home sweet home…

    salam dari tepi karangmumus

    ^_^V

    Alhamdulillah ada dingsanak jua yang mampir, salam kembali 🙂
    (amq)

  2. azif rayani berkata:

    KALTIM…..SDA nya yang kaya raya, tapi SDM nya belum mantep, mengapa para pemimpin kita belum sadar, dan apakah kini dengan pemimpin yang baru, sudah mulai SADAR dengan penjarahan yang masih terjadi, lihat SEJARAH kota SAMARINDA, dizaman EMAS HIJAU (hutan/kayu) kini tak berbekas lanjut dengan EMAS CAIR (Minyak) juga tak terasakan manfaatnya, lanjut lagi dengan EMAS MERAH (gas) juga tak merubah masyarakat kaltim. kini sekarang ini adalah jaman EMAS HITAM (batu bara). APA yang akan kita dapat???. Pengusaha atau Penjarah yang berkolusi dengan para pemegang amanah setiap waktu/jam/hari/bulan dan tahun akan terus menguras habis kekayaaan SDA KALTIM demi kepentingannya dan isi perutnya hingga Insya ALLAh akan Pecah.
    yang bisa saya lakukan hanya berDOA ? Semoga KALTIM senantiasa diPelihara kan Oleh ALLAH SWT dari pada kezaliman para pemimpin dan Pengusaha.
    Tolong pak AWANG FAROEK bantu kami rakyat KALTIM dari para penjarah . . . .kami takut 10 tahun kedepan akan terjadi BENCANA yang BESAR.

    Menurut hemat saya, mulailah dengan perlahan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat. Sehingga gak sembarang pilih ketika pilkada. Hanya karna slembaran uang 50 rb, rela menggadaikan dirinya sepanjang masa pemerintahan oknum terkait. Kebodohan.., itulah awal dari malapetaka ini..!! (amq)

  3. kembangjambu berkata:

    10 TAHUN LAGI. . . . .
    Terbayang dipelupuk mata, nanti dikala ABU DHABI berhasil menjadikan wilayah negaranya dari Padang pasir menjadi perkebunan KORMA betapa indahnya jika kita berada diatas wilayah abu dhabi menjelang airport. Tapi apa yang akan terjadi jika kita menuju SEPINGGAN ?. Tak ada usaha perbaikan, kecuali penjarahan HUTAN sehingga wilayah KALTIM dipenuhi KP BATU BARA yang setiap saat mengeruk habis hasil sumber daya alamnya, tanpa peduli dengan aturan dan etika. mereka bekerja sama untuk mengisi PENUH pundi-pundi pribadi tanpa PEDULI. Saksikan apakah mereka peduli dengan insfra struktur/PLN/PDAM/pendidikan/kaum miskin dan wilayah KOTA sendiri. kecuali mereka hanya memperbesar/memperindah tempat tinggal nya seperti ISTANA kemudian kendaraannya yang MEWAH berganti-ganti, setelah itu mereka berPESTA dan berWISATA tanpa henti. Astagfirullah alazhim… ya ALLAH, ampunkanlah dosa-dosa kami ya ALLAH, tak mampu kami mencegah kerusahan bumi Mu ya ALLAH, keculai atas izin Mu ya Allah untuk kebaikan, amin ya robbalalamin.

    Menurut hemat saya, mulailah dengan perlahan untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat. Sehingga gak sembarang pilih ketika pilkada. Hanya karna slembaran uang 50 rb, rela menggadaikan dirinya sepanjang masa pemerintahan oknum terkait. Kebodohan.., itulah awal dari malapetaka ini..!! (amq)

  4. dwi berkata:

    ketika 10 tahun lalu ku di Samarinda tak seperti yang sekarang kurasakan…
    terlalu berat terpaan perubahan yang merubah segala isi Samarinda…

Tinggalkan komentar