KIDUNG SENJA MAHAKAM

* dewa galih braga
=============
aroma basah menguap menyapa indra ciumku
saat rintik pasrah dibonceng semilir bayu
bayang dedaunan menari dipantulan jingga
teriring nada dari perahu ketinting yang pulang

hela nafas panjangmu sejenak menyibak hening
namun tak jua mampu menyeret gumpalan gundah
kita terjepit disela cita dan cinta
yang akan menuntut hamparan rindu

entah sudah seberapa sering kuresapi bening hitam bola matamu, yang kali ini
terbalut basah
namun selalu saja aku terperangkap dalam buaian yang melenakan
sejenak sanggup kusisihkan galauku akan perpisahan
untuk terbenam masuk dalam daya magis tatapanmu

tak jua kata mampu kuungkapkan
tak jua janji mampu kuikrarkan
yang kutau kita hanyalah milik sang waktu
di-lorongnya-lah kegelapan hari esok kan tersibak

jingga kini tlah temaram
berangsur anak mahakam naik ketepian
sisakan canda pada tali tali sampan
merangkul erat tiang tiang jembatan

butiran beningmu tlah mengering
tanpa sanggup hadirkan pasti
erat genggammu iringi langkah
tinggalkan kisah disepenggalah senja

—– Samarinda, ujung penghujan 2006
setelah delapanbelas musim berlalu —–

Tinggalkan komentar