Ciri ciri penderita Psikopat

24 Februari 2009

psikopat
psikopatDOKTOR John Clarke, doktor di bidang psikologi dari University of Sydney, Australia, yang bertahun-tahun menjadi psikolog kriminal,
mengingat hari di saat dia seketika itu sadar bahwa mungkin ada sejumlah psikopat di jutaan kantor di seluruh dunia. “Saya sedang menyampaikan kuliah psikologi kejahatan dan memberikan daftar ciri psikopat. Setelah selesai, seorang perempuan menghampiri dan berkata “Anda baru saja menggambarkan bos saya,” katanya kepada kantor berita Jerman (DPA).

Baca entri selengkapnya »


Psikologi Bahasa Tubuh

18 Februari 2009

bahasa-tubuh-11JANGAN marah jika Anda disebut sombong, hanya karena Anda tak acuh pada lawan bicara. Usah tersinggung bila Anda disebut congkak, cuma karena Anda abai pada orang yang mengajak bicara. Bahasa tubuh Anda bisa menceritakan siapa Anda sesungguhnya: beradab atau tak berbudi.

Jangan berang juga, jika orang-orang tak beradab ternyata berasal dari golongan berpunya. Sementara orang-orang santun dan tahu aturan menjadi ciri kelompok manusia kebanyakan. Jadi, orang kaya biasanya sombong. Orang biasa, yah biasa saja.

Jangan langsung terpengaruh, sebab ini cuma temuan penelitian tim psikologi dari University of California yang dilansir di situs livescience.com. Mereka menyimpulkan, kelompok orang dari kelas sosial ekonomi mapan cenderung angkuh dan tidak menghargai orang lain.

Psikolog Michael Kraus dan Dacher Keltner membuat kesimpulan itu berdasarkan riset terhadap 100 mahasiswa, yang dibagi menjadi 50 pasangan. Satu mahasiswa berlatar keluarga kaya dipasangkan dengan mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Di antara mereka tak saling kenal.

Tiap pasang mahasiswa beda kasta itu, kemudian diwawancarai atau persisnya diajak berbincang-bincang ihwal topik tertentu selama 60 detik. Tiap mahasiswa mendapat jumlah pertanyaan dan waktu yang sama dari pewawancara.

Bukan isi pembicaraan atau jawaban sang mahasiswa yang jadi catatan utama. Yang direkam dan dicermati dengan seksama adalah sikap atau perilaku mereka selama berlangsungnya percakapan. Persisnya, bagaimana bahasa tubuh mereka masing-masing. Mau tahu hasilnya?

Mahasiswa kaya memperhatikan benda-benda di sekitar tempat wawancara rata-rata selama dua detik, sementara mahasiswa miskin tidak melakukannya. Mahasiswa kaya agak sibuk pada penampilannya, sedangkan mahasiswa miskin tidak. Mahasiswa miskin menganggukkan kepala, tersenyum, dan mengekspresikan mimik muka perhatian, rata-rata satu sampai dua detik lebih banyak dibanding mahasiswa kaya.

“Kita memang berbicara dalam satuan detik, tapi jangan lupa wawancaranya hanya satu menit,” kata Kraus. “Coba Anda kalkulasikan jika kejadiannya dalam hitungan hari.” Apalagi berbilang bulan, terlebih tahun.

Menurut Kraus, temuan penelitiannya mengingatkan pada adanya kecenderungan “kebinatangan” pada diri manusia. Ia mengamsalkan, mahasiswa kaya itu seperti burung merak yang selalu memamerkan bulu-bulunya. Bahasa tubuh mahasiswa tajir seolah berkata, “I’m fit” atau “I don’t need you”.

“Di dunia binatang, perebutan status selalu memunculkan konflik,” kata Kraus. Manusia juga begitu. Dengan bahasa tubuh tertentu misalnya, kelompok manusia kaya atau berpengaruh hendak mengatakan, “Anda beda kelas dengan saya. Jadi, jangan coba-coba berurusan dengan saya.”

Sementara itu, mengingat keterbatasannya, manusia tidak kaya agak sulit mengalahkan kelompok borjuis. “Sumber daya kelompok miskin memang terbatas. Itu sebabnya, secara psikologis mereka cenderung sangat tergantung pada lawan kelasnya,” Kraus menggeneralisir hasil penelitiannya.

Sumber : http://enterfiles.wordpress.com/2009/02/13/ilmu-bahasa-tubuh/


Lebih jauh mengenal pasangan

16 Februari 2009

Why Men Don’t Listen & Women Can’t Stop Talking

Cewek berbeda dari cowok. Itu jelas. Kalo cowok mo ke toilet, biasanya dia pergi memang ada maksud dan tujuannya yang jelas, yaitu buang air (besar atau kecilnya nggak usah dibahas lah yau!) Tapi cewek ke toilet selain tujuan utama, bisa aja ada tujuan lain, karena mo ngobrol atau pengen curhat sama temen cewek lainnya (terutama nyurhatin soal Pujaan Hati, kan ini satu-satunya tempat si PH nggak bisa ikutan masuk). Jadi jangan heran kalo cewek sering ngajak-ngajak cewek lain kalo mo ke toilet. Coba kalo Bang Darman tiba-tiba bilang gini ke Heri, “Her, gue mo ke toilet, ikut yuk?” Apa nggak bakal bengong tampang para mudikans…

Baca entri selengkapnya »


Bertengkar Itu Indah

12 Februari 2009

Buat Yang Udah Nikah, Mau Nikah, punya Niat untuk nikah.
Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata: “Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya !” Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau ia tengah berdusta. Yang jelas kita perlu menikmati sa’at-sa’at bertengkar itu, sebagaimana lebih menikmati lagi sa’at sa’at tidak bertengkar. Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam bertengkar pun kita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.

Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa perbincangan hingga waktu yang mematangkannya, tibalah kami pada sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar, maka :

1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama’ah.
Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama’ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata “STOP” ini giliran saya ! Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati : “kamu makin cantik kalau marah, makin energik …” Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi… “duh kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu ….”

Demikian juga kalau pas kena giliran saya “yang olah raga otot muka”,saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan saya tidak berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya 🙂 maka kini giliran dia yang harus bersedia jadi keranjang sampah. Pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama’ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama’ah selain marah 🙂

2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat masa.
Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adal ah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya.

Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamannya, adalah “ungkapan rindu yang keras”. Tapi bila itu dikaitkan dgn seluruh keterlambatan saya, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh.

Bila teh yang disajinya tidak manis (saya termasuk penimbun gula), sepedas apapun saya marah, maka itu adalah “harapan ingin disayangi lebih tinggi”. Tapi kalau itu dihubungkan dgn kesalahannya kemarin dan tiga h ari lewat, plus tuduhan “Sudah tidak suka lagi ya dengan saya”, maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups saya telah membunuhnya, membunuh cintanya. Padahal kalau cintanya mati, saya juga yang susah … OK, marahlah tapi untuk kesalahan semasa, saya tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini …..

3. Kalau marah jangan bawa bawa keluarga !
Saya dengan isteri saya terikat baru beberapa masa, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan konsep Quran, seseorang itu tidak menanggung kesalahan fihak lain (QS.53:38-40).

Saya tidak akan terpancing marah bila cuma saya yang dimarahi, tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapapun di dunia ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa bawa barang lain ke kancah “awal cinta yan g panas ini”.

Kata ayah saya : “Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak”. Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mudah dicari ma’afnya dari pada ngambek pada yang tidak mengenal hati dan diri saya..”. Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah tambah dengan memusuhi mertua!

4. Kalau marah jangan di depan anak anak !
Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita.

Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, tapi itu ‘kan bapak saya. Ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar :
* Ibu : “Saya ini cape, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya ini babu ?!!!”
* Bapak : “Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu , saya datang hormatmu tak ada, emang saya ini kuda ????!!!!
* Anak : “…… Yaaa …ibu saya babu, bapak saya kuda …. terus saya ini apa ?”

Kita harus berani berkata : “Hentikan pertengkaran !” ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata basi hati kita ???

5. Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat !
Pada setiap tahiyyat kita berkata : “Assalaa-mu ‘alaynaa wa ‘alaa ‘ibaadilahissholiihiin” Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yg sholeh …. Nah andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustai Nya, padahal nyawamu ditangan Nya.

OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi ….. Marahlah habis shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur, Atau maghrib sebatas isya .. . Atau habis isya sebatas….??? Nnngg……. Ah kayaknya kita sepakat kalau habis isya
sebaiknya memang tidak bertengkar … 🙂

6. Kalau kita saling mencinta, kita harus saling mema’afkan
(Hikmah yang ini saya dapat belakangan, ketika baca di koran resensi sebuah film). Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah “proses belajar untuk mencintai lebih intens” Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki. Ini saja, semoga bermanfa’at, “Dengan ucapan syahadat itu berarti kita menyatakan diri untuk bersedia dibatasi”.
Selamat tinggal kebebasan tak terbatas yang dipongahkan manusia pintar.